Listrik Percepat Pemulihan Terumbu Karang


Sudah bukan rahasia lagi bila keelokan alam Pulau Bali kerap mengundang decak kagum masyarakat internasional. Kiranya, alasan itu pulalah yang menarik perhatian mereka untuk ambil bagian dalam melestarikan keindahan Pulau Dewata tersebut.

Salah satunya adalah Bio Rock. Proyek pelestarian lingkungan hidup yang digalang Thomas Goreau itu mulai menyusuri beberapa pantai di barat daya Bali sejak 18 Januari 2004. Tujuannya tidak lain ingin mengembalikan kelestarian terumbu karang di wilayah Pemuteran, yang terlanjur rusak akibat dampak pemanasan global dan penangkapan ikan dengan menggunakan bom.

Mengandalkan hasil desain Wolf Hilbertz, terumbu karang diletakan pada sebuah perangkat besi yang dililiti beberapa kabel listrik. Kabel-kabel tersebut akan mengirimkan gelombang listrik tegangan rendah pada terumbu karang. “Dengan cara ini, pemulihan terumbu karang dapat lebih cepat,” ujar Hilbertz.

Hingga tahun 2007, cara tersebut telah sukses diterapkan di 20 negara yang mengalami masalah terumbu karang yang sama. (bbc/bambang s)

Antartika Dulunya Wilayah Hangat


Percaya atau tidak, Antartika yang terkenal sebagai salah satu wilayah terdingin di bumi dulunya adalah wilayah hangat.

Para ilmuwan memperkirakan, sekitar 190 juta tahun lalu, Antartika ditumbuhi oleh tanaman. Pernyataan itu dikeluarkan usai penemuan penting di dekat Gunung Kirkpatrick.

Beberapa fosil tulang kaki dinasurus yang diindikasikan sebagai milik Glacialisaurus menjadi dasar kuat pernyataan para ilmuwan. Asal tahu, Glacialisaurus merupakan jenis dinosaurus pemakan tumbuhan.

Dengan tinggi 7, 6 meter, Glacialisaurus dikenal sebagai salah satu dinosaurus terbesar yang pernah hidup. Beberapa ilmuwan bahkan setuju kalau dinosaurus sejenis, pernah tinggal di wilayah Asia, Afrika, dan Amerika.

Bila teori itu benar. Kemungkinan besar, dulunya Antartika memang bagian dari benua beriklim hangat. (nationalgeographic/bambang s)

Lele Raksasa Ditangkap Akhir Tahun


Sebuah temuan akhirnya mengakhiri masa paceklik Megafish Project di Kamboja. Temuan luar biasa itu tak lain seekor ikan lele raksasa.

Zeb Hogan, sang pemimpin proyek mengaku ini adalah kali pertama tim-nya berhasil menangkap lele raksasa tersebut sepanjang tahun 2007.

Saat ditangkap, lele raksasa penghuni Sungai Mekong itu memiliki panjang 2, 4 meter, dengan berat 204 kilogram. “Saat ini, populasi lele raksasa semakin menurun. Sejak tahun 2000, lima sampai sepuluh ikan mati setiap tahunnya karena kecelakaan,” ujar Hogan, yang juga ahli biologi di Universitas Reno, Nevada, Amerika Serikat.

Hogan melepaskan kembali ikan itu ke sungai setelah mengumpulkan data-data yang diperlukan. Menurutnya, Megafish Project yang didanai oleh National Geographic Conservation Trust and Expeditions Council memang bertujuan untuk mengumpulkan data-data ikan air tawar yang berukuran raksasa. “Lewat proyek ini, sedapat mungkin kami ingin mencegah kepunahan mahluk-mahluk air luar biasa ini,” tambahnya. (nationalgeographic/bambang s)

Fosil Cakar Kutu Raksasa Ditemukan


Kutu umumnya dikenal sebagai serangga kecil. Namun siapa sangka kalau nenek moyang mereka adalah hewan raksasa, yang ukuran tubuhnya melebihi manusia dewasa.

Pernyataan itu dibuat bukannya tak beralasan. Sebuah fosil cakar yang ditemukan di Jerman, November 2007 lalu memperkuat dugaan tersebut.

Berdasarkan fosil cakar yang berukuran 46 centimeter, para ilmuwan mengindikasikan ukuran tubuh sang pemilik sekitar 2, 5 meter. Bila benar, maka kemungkinan besar sang pemilik cakar merupakan kutu terbesar yang pernah hidup di bumi.

Tak butuh penelitian berlarut-larut, para ilmuwan segera menetapkan sang pemilik cakar adalah arthropod. Asal tahu, arthropod adalah kalajengking laut yang merupakan predator buas di zamannya.

Pada 390 juta tahun lalu, arthropod tidak hanya dikenal sebagai pemburu ikan yang handal. Tapi, mereka pun kanibal bagi sesamanya. Tak ragu, para ilmuwan menempatkannya pada posisi puncak di rantai makanan.

Saat ini, keturunan langsung arthropod dapat ditemukan pada sosok lobster dan kepiting laba-laba. Tak heran, dua hewan tersebut memang menuruni sifat kanibal nenek moyangnya. (nationalgeographic/bambang s)

Atlantis Sudah Ditemukan?


Kisah Atlantis, kota mengagumkan yang digambarkan Plato ribuan tahun silam, selalu menarik diperbincangkan. Tak ada satu pun wilayah yang lokasinya lebih diperdebatan daripada keberadaan Atlantis.

Satu teori menyatakan Atlantis terletak di Yunani dan tenggelam ke dasar laut akibat letusan gunung berapi. Teori lain menyatakan sebuah daerah di pesisir Eropa adalah bagian Atlantis yang selamat dari banjir yang menenggelamkan kota itu.

Plato sendiri, dalam teorinya, menggambarkan Atlantis terletak di lepas pantai Afrika barat laut sebelum akhirnya tenggelam 12.000 tahun yang lalu akibat banjir besar.

Mengacu pada lokasi yang disebutkan Plato, pada tahun 2001, ahli geologi dari Universitas Aix en Provence, Perancis, Jacques Collina-Girard menyatakan sebuah pulau bernama Spartel, tidak jauh dari barat laut Afrika adalah Atlantis. Sayangnya, Spartel yang tenggelam secara periodik mulai 20.000 tahun yang lalu karena mencairnya zaman es tidak sesuai dengan gambaran tenggelamnya Atlantis menurut Plato.

Dukungan akhirnya muncul dari Marc-Andrè Gutscher, ahli geologi kelautan dari Universitas Brest, Perancis, yang melalui penelitiannya menyatakan bahwa Spartel memang selalu dihantam gempa bumi dan tsunami per 2000 tahun. Selain itu, 14.000 tahun lalu Spartel pernah diluluhlantakan gempa bumi sebesar 9 magnitude. Sebuah kurun waktu yang hampir sesuai dengan perhitungan Plato pada saat tenggelamnya Atlantis.

Saat ini, Gutscher mengaku tinggal mencari bukti sisa-sisa peninggalan masyarakat yang pernah tinggal di Spartel untuk menegaskan kalau pulau tersebut memang pernah berpenghuni. Bila sudah, apa itu artinya Spartel bisa diakui sebagai Atlantis? (science /bambang s)

Ubur-ubur Tertua, Umur Berapa?


Sebuah penemuan di Utah, Amerika Serikat, akhir Oktober lalu, membuat para ilmuwan kembali menebak-nebak berapa usia nenek moyang ubur-ubur. Penemuan tersebut tidak lain beberapa fosil ubur-ubur yang diindikasikan berusia lebih tua dari fosil ubur-ubur tertua yang pernah ditemukan sebelumnya. Asal tahu, fosil ubur-ubur tertua yang pernah ditemukan berusia 205 tahun.

Paulyn Cartwright, seorang ahli biologi Universitas Kansas mengaku takjub dengan temuan tersebut. “Dari keseluruhan bentuk fosil yang menunjukan gumpalan berbentuk bundar, kami langsung tahu kalau itu adalah fosil ubur-ubur,” ujarnya.

Selain itu, detil fosil yang luar biasa jelas menunjukan adanya hubungan antara fosil itu dengan jenis ubur-ubur yang ada saat ini. "Itulah mengapa fosil ini begitu menarik. Anda dapat melihat dengan jelas, bentuk, tentakel, bekas luka otot, dan bahkan gonad-nya,” imbuh Cartwright.

Ia juga mengatakan kalau hubungan tersebut memunculkan adanya teori evolusi pada ubur-ubur. “Dari catatan fosil, kami memperkirakan ada evolusi ubur-ubur dari bentuk sebelumnya ke bentuk yang lebih kompleks sekitar 500 juta tahun yang lalu,” ujar Cartwright yang sejauh ini bersama timnya telah mengelompokkan fosil-fosil tersebut ke dalam dua genus, yaitu Cunina (gambar atas) dan Periphylla (gambar bawah). (nationalgeographic/bambang s)

Fosil Kadal Air di bawah Museum


Sebuah museum sejatinya menyimpan benda-benda antik dan bersejarah. Nah, apakah hal itu berlaku juga dengan yang ada di bawah lantai utamanya?

Kenyataannya, beberapa mahasiswa S1 dari Universitas Kutztown State, Pennsylvania
memilih untuk melakukan proyek penelitian dan penggalian di bawah bangunan sebuah museum di wilayah itu. Hasilnya, sebuah fosil kadal air yang diperkirakan hidup 330 juta tahun lalu berhasil ditemukan.

David Fillmore, salah seorang mahasiswa yang terlibat dalam penemuan itu mengatakan kalau fosil tersebut diperkirakan telah ada di bawah bangunan museum sejak sebelum Perang Dunia II. “Fosil yang kami temukan adalah salah satu bukti, kalau sebenarnya di wilayah Pennsylvania masih banyak fosil yang belum ditemukan,” ujar Fillmore.

Sayangnya, fosil dengan panjang 30 cm itu tak bertulang kepala. Meskipun begitu, Spencer Lucas, kurator Museum Ilmu Pengetahuan Alam dan Sejarah New Mexico berpendapat hal itu sangat wajar.“ Usia fosil ini sangat tua. Wajar bila kerangkanya tidak utuh,” ujarnya saat mengumumkan penemuan tersebut di pertemuan Perkumpulan Geologis Amerika di Denver, Colorado, akhir Oktober lalu.

Lucas menambahkan bahwa meskipun kerangka fosil tidak lengkap, para peneliti tetap dapat memahami bentuk asli fosil tersebut dari bentuk badannya.”Binatang ini termasuk dalam spesies kadal air. Kemungkinan, mereka juga memiliki kulit halus dan tidak bersisik,” ujar Lucas. (nationalgeographic/bambang s )

Parrotfish vs Rumput Laut


Mendengar nama Karibia, tentunya yang terbayang pertama kali adalah para bajak laut ganas dan menakutkan. Tapi itu cerita lalu. Kini, Karibia lebih terkenal sebagai salah satu wilayah dengan pesona alam bawah air yang menakjubkan.

Walaupun begitu, keindahan bawah air Karibia bukannya tanpa masalah. Saat ini, terumbu karang tempat berkumpul dan berlindung sebagian besar ikan terancam punah. Kali ini penyebabnya bukan manusia, melainkan sekumpulan rumput laut.

Bila rumput laut di sekitar terumbu karang laut Karibia semakin membanjir, diramalkan risiko rusaknya terumbu karang akan sulit terselamatkan. Selain overfishing, pertumbuhan rumput laut meningkat akibat sisa pupuk yang terbawa dari area pertanian penduduk sekitar pantai.

“Hampir semua terumbu karang lebat oleh rumput laut. Kalau dibiarkan, terumbu karang tidak akan lagi menjadi tempat berlindung bagi ikan dan hewan lainnya, “ ujar Professor Peter Mumby, seorang ahli ekologi dari Universitas Exeter.

Satu-satunya harapan ada pada parrotfish, sejenis ikan yang hidup di sekitar terumbu karang. “Kehadiran parrotfish dapat menyeimbangkan jumlah rumput laut pada terumbu karang,” imbuh Mumby.

Sayangnya, jumlah parrotfish sendiri semakin berkurang akibat overfishing. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah sepakat menggalakan pengembangbiakan ikan tersebut untuk menjaga populasinya. (bbc/bambang s)

Rating by outbrain