Pemanasan Global Untungkan Greenland


Isu pemanasan global (Global Warming) memang sudah bukan barang baru lagi bagi masyarakat dunia. Namun dibalik ketidakberuntungan beberapa pihak akibat dampak pemanasan global , ternyata ada wilayah yang justru diuntungkan. Wilayah tersebut adalah Greenland, yang tak lain masih merupakan bagian dari Denmark.

Iklim yang berubah menjadi hangat akibat pemanasan global telah memberikan pengaruh positif bagi perkembangan ekonomi di Greenland. Penelitian menyebutkan akibat pemanasan global, suhu di wilayah itu naik hingga dua kali lebih cepat dibanding wilayah lain di dunia. Akibatnya, mencairnya lapisan es yang ada Greenland membuka kesempatan meningkatnya sektor pertanian, peternakan, kelautan, pertambangan, bahkan eksplorasi minyak.

Di barat-daya Greenland misalnya, produktivitas pertanian dan peternakan meningkat setiap tahunnya. Sedangkan bagi para nelayan, wilayah utara menjadi tempat istimewa untuk mencari ikan. “Selain jumlahnya melimpah, ukuran ikan pun relatif bertambah besar,” ujar seorang nelayan.

Hasil tambang bahkan tak diragukan lagi. Permintaan akan intan, emas, dan barang tambang lainnya meningkat tajam seiring terbukanya akses ke daerah pertambangan baru. Dan di sepanjang garis pantai, penjelajahan untuk menemukan sumber minyak pun gencar dilakukan. (bbc/bambang s)

Spesies Baru dari Laut Celebes


Asia Tenggara sekali lagi membuktikan kalau kekayaan satwa laut yang dimiliki tak ada habisnya. Pengakuan itu kembali didapat dengan ditemukannya beberapa spesies baru di wilayah Laut Celebes, yang terletak diantara Malaysia dan Filipina.

Selain ikan berahang persegi berjuluk boxfish dalam gambar di atas, para ilmuwan juga menemukan beberapa spesies jenis baru. Para ilmuwan berpendapat kalau keberadaan Laut Celebes yang merupakan lautan dalam, terpencil, dan dingin membuatnya menjadi salah satu wilayah laut yang memiliki keanekaragaman satwa laut di dunia.

Pemimpin ekspedisi, Larry Madin mengungkapkan kalau beberapa hewan merupakan spesies yang telah bertahan hidup hingga jutaan tahun. “Artinya, Laut Celebes kemungkinan besar adalah salah satu pusat spesies satwa laut yang kini hidup dan berkembang di seluruh dunia,” tambahnya.

Ekspedisi yang memakan waktu hingga dua minggu itu didanai oleh Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI), Dewan Ekspedisi National Geographic Society, Konservasi Internasional, the National Oceanic and Atmospheric Administration, dan pemerintah Filipina. (nationalgeographic/bambang s)

Ikan Tikus Albino Ditemukan


Bila gambar di atas mengingatkan Anda pada sosok seekor tikus, sebenarnya Anda tak sepenuhnya salah. Bentuk ikan dalam gambar tersebut memang benar-benar mirip dengan tikus. Tak tanggung-tanggung, ia pun dijuluki ratfish (ikan tikus).

Ikan yang ditemukan di Puget Sound, Washington musim panas ini adalah ikan tikus pertama yang ditemukan dengan warna tubuh albino (putih-pucat) dan bola mata berwarna hijau. “Ikan ini umumnya berwarna coklat. Ekornya sangat panjang dan gigi-giginya sanggup menghancurkan kerang,” ujar John Reum, mahasiswa kedokteran Universitas Washington yang berhasil menangkap ikan yang memiliki ukuran panjang 30 cm itu.

Sayangnya si ikan tikus albino langsung mati beberapa saat setelah ditemukan. Saat ini, ia menjadi satu-satunya ikan albino di antara 7,2 juta koleksi ikan yang dimiliki Universitas Washington. (nationalgeographic/bambang s)

Kapak Beliung Polinesia


Sebuah temuan berhasil membuktikan kalau pada jaman dulu bangsa Polinesia adalah para pelaut tangguh. Tapi bukannya sebuah perahu, bukti itu adalah kapak beliung.

Cerita berawal dari 19 kapak beliung yang pernah ditemukan di beberapa pulau di kepulauan Tuamotu, sekitar 1600 km sebelah tenggara Tahiti atau tepatnya di wilayah Polinesia timur. Beberapa peneliti dari Australia penasaran dan mulai meneliti kapak-kapak tersebut. Rasa penasaran mereka timbul karena kapak-kapak yang ditemukan pertama kali di awal tahun 1900 itu ternyata memiliki bahan asli yang bukan berasal dari wilayah setempat.

Setelah melalui penelitian panjang, akhirnya para peneliti berhasil menemukan kalau bahan asli kapak adalah batu basal. Penelitian pun berlanjut pada penemuan bahwa batu basal merupakan batuan vulkanik yang hanya terdapat di pulau Kaho'olawe, sebuah pulau yang jaraknya 4000 km dari kepulauan Hawaii.

Hal inilah yang memunculkan teori, kalau bangsa Polinesia merupakan bangsa pelaut yang kerap mengarungi lautan hingga ribuan kilometer untuk mengksplorasi wilayah baru dan membuka jalur perdagangan. (abc/bambang s)

Kapal Viking Ditemukan di Inggris


Siapa tak kenal bangsa Viking. Para pelaut dari utara yang tak gentar mengarungi lautan dan tak mundur berperang dengan bangsa manapun. Bahkan dengan bangsa Inggris! Tak percaya?

Awal September 2007 lalu, sebuah temuan menakjubkan membuktikan bahwa bangsa Viking memang pernah berkunjung ke Inggris. Sebuah kapal kuno yang diperkirakan berusia seribu tahun ditemukan di bawah area parkir sebuah pub di Merseyside.

Kapal tersebut ditemukan para arkeolog Universitas Nottingham dengan menggunakan sistim pemantau bawah tanah (GPR). Sistim ini menggunakan radar khusus yang dapat mendeteksi material berusia ribuan tahun yang tertimbun di dalam tanah. Profesor Stephen Harding, salah satu arkeolog yang terlibat dalam penemuan dan penelitian mengungkapkan bahwa kapal itu merupakan salah satu penemuan paling bersejarah di Inggris.

Ketika pertama kali ditemukan, kapal terbenam sekitar tiga meter di bawah permukaan tanah. Bahkan, belum diketahui secara pasti bentuknya. Namun menurut Harding, kapal temuannya itu memiliki desain Nordic. Asal tahu, Nordic adalah jenis kapal yang biasa digunakan bangsa Viking untuk menjelajahi samudra.

Temuan tersebut semakin menguatkan teori, bahwa banyak wilayah di Inggris yang pernah disinggahi oleh bangsa Viking. Sebelumnya, tepat 20 Juli 2007, sejumlah orang di Yorkshire menemukan sejumlah peninggalan bangsa Viking berupa gelang emas, cawan perak, dan ratusan koin perak. (bbc/bambang s)

Catfish Saingi Salmon


Salmon ternyata bukan satu-satunya spesies ikan yang memiliki siklus hidup bermigrasi, alias suka berpindah tempat. Di China selatan, ada spesies ikan lainnya yang memiliki siklus serupa. Ikan tersebut adalah catfish. Para ahli menyebutnya sebagai saingan salmon.

Setiap tahunnya, catfish mampu melakukan penjelajahan lebih dari 1000 km dari China selatan hingga ke sungai Mekong, Laos. “Migrasi yang dilakukan ikan ini sama persis dengan yang biasa dilakukan salmon” ujar Zeb Hogan, seorang ahli perikanan yang selama ini mempelajari kehidupan salmon.

Para peneliti kelautan dan perikanan sepakat bahwa siklus hidup kedua ikan tersebut sangat mirip. Baik salmon maupun catfish mengawali hidupnya di lautan, sebelum akhirnya bermigrasi sejauh ratusan kilometer hingga ke sungai-sungai.

Fakta ini dianggap sebagai salah satu temuan baru di bidang kelautan dan perikanan, karena dapat mengubah cara pandang masyarakat terhadap catfish. “Selama ini masyarakat tak pernah berpikir kalau catfish mampu melakukan migrasi hingga sejauh itu“ jelas Hogan. (nationalgeographic/bambang s)

Hiu Ternyata Sepupu Jauh Manusia


Pernahkah sekali saja terbersit di benak Anda, kalau selama ini ternyata Anda memiliki saudara jauh seekor hiu predator yang ganas? Bila Anda menganggap ini hanyalah lelucon dari sebuah buku fiksi murahan, maka Anda salah besar.

Baru-baru ini, para ilmuwan di Institute of Molecular and Cell Biology, Singapura menemukan satu spesies hiu yang memiliki DNA yang hampir identik dengan manusia. Spesies tersebut adalah hiu gajah. Hal ini kemudian memunculkan teori kalau kira-kira 450 juta tahun lalu, hiu dan manusia memiliki hubungan saudara.

Para ilmuwan menyatakan bahwa hiu gajah memiliki genom yang sangat mirip dengan genom manusia dibandingkan dengan hewan lainnya. Pernyataan para ilmuwan tersebut merupakan hasil analisa setelah membandingkan genom hiu gajah, ikan puffer, ayam, tikus, dan anjing.

Sebelumnya, para ilmuwan telah mengidentifikasi sedikitnya 154 gen dalam tubuh manusia yang memiliki kesamaan dengan tikus, anjing dan hiu gajah. Kesamaan antara manusia, tikus, dan anjing tersebut dianggap wajar karena ketiganya merupakan mamalia. Tapi, hiu dikenal sebagai jenis ikan yang sama sekali tidak memiliki ciri-ciri fisik yang mengacu pada mamalia.

“Ini merupakan penemuan yang menakjubkan. Secara genetik, banyak hal yang mendekatkan kami (hiu gajah dan manusia) dalam pohon evolusi. Salah satunya adalah teleost (tulang kerangka) yang nyaris sama.” Jelas Professor Byrappa Venkatesh, ketua investigasi dari Institute of Molecular and Cell Biology tersebut. (abc/bambang s)

Predator dari Ujung Dunia


Bila Anda menebak gambar di samping berasal dari salah satu film science fiction produksi Holywood, maka Anda salah besar. Percaya atau tidak, pemilik wajah seram tersebut benar-benar ada dan hidup.

Sebanyak 31 orang peneliti yang tergabung dalam tim peneliti internasional menemukan ikan itu saat tengah menyusuri pegunungan Mid-Atlantik, sebuah pegunungan bawah air yang berjajar dari Iceland hingga Pulau Azores, sebelah barat Portugal.

Para peneliti sepakat memberi nama Viperfish pada ikan berwajah seram tersebut. Mereka percaya, Viperfish adalah salah satu predator laut yang hidup di sudut dunia yang tergolong tepencil tersebut.

Selain Viperfish, mereka juga menemukan beberapa spesies aneh lainnya di wilayah yang sama. Spesies tersebut antara lain beberapa cacing laut jenis baru, karang laut dengan berbagai macam warna, ketimun laut yang belum pernah ditemukan sebelumnya, serta ikan-ikan aneh lainnya. Bahkan diantara spesies tersebut, ada beberapa yang merupakan temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan.

Penemuan spesies aneh lainnya memunculkan teori yang menjelaskan kelangsungan hidup Viperfish dipengaruhi oleh adanya spesies-spesies itu. “Adanya spesies lain di sekitar Viperfish menjelaskan mengapa ikan ini dapat bertahan hidup di wilayah itu. Dalam hal ini Viperfish adalah predatornya dan mereka (spesies lain) adalah makanannya...” jelas salah seorang peneliti. (nationalgeographic/bambang s)

Rating by outbrain